Surabaya, 7 Mei 2000
Lama aku tidak bertemu dengan sang
Soekarno,
Dia orator ulung dan pemimpin yang
ulung pula.
Lama aku tidak bertemu dengan Ibu
Fatmawati,
Dia penjahit wanita yang hebat
untukku,
Tidak ada dia sangatlah tidak
mungkin harga diri sang Saka diakui.
Lama aku tidak bertemu dengan Ibu
dan Bapak,
Mereka itu lebih dari segalanya
untukku.
Soekarno, Fatma, Ibu, Bapak,
Kapan aku bertemu kalian lagi?
Surabaya, 7 Mei 2000
-atzumi.nay-
Ku
letakkan pensil yang setelah ku gunakan untuk menulis sedikit gambaran hati ku
diatas selembar kertas putih.
“Atzumi..
Atzumi!!!”
Selalu
ibu memanggil dengan teriakan membahana. Sekarangkan aku tidak lagi SMA, aku
sudah kuliah tapi kenapa ibu masih saja menerapkan budaya padusnya (paduan
suara). Benarlah, setelah pengumuman UNAS aku menjadi lelaki muda yang
pengangguran. Menganggur hingga waktunya ujian masuk seleksi nasional perguruan
tinggi Indonesia kelak.
“Atzumi,
ini ada surat dari perguruan tinggi perhotelan nak. Apakah kau tidak tertarik?”
tanya beliau sembari menyodorkan ku selembar pamflet atau brosur atau apalah
namanya yang membuat mataku menjadi sakit melihatnya. Dari segi warna brosur
saja tidak membuatku terangsang untuk menjamahnya.
“perhotelan?
Perhotelan kok brosurnya tidak syur tidak menarik hati konsumennya. Seharusnya
kalau dari perhotelan yang beneran, brosurnya itu yang keren, yang membuat
orang lain itu terangsang untuk menjamahnya”. Semprot ku kepada beliau
“kalau
kamu kerja di perhotelan, kamu bisa keliling dunia nak. Apa kamu tidak ingin
seperti itu?”
Wajahnya
mulai menunjukkan permainan drama yang melankolis atau bahkan terlihat banget
layaknya memerankan tokoh yang tersiksa.
ku
ambil brosur menjijikkan itu dari tangannya kemudian ku lipat-lipat membentuk
sebuah pesawat dan ku terbangkan kearah tong sampah kering ruang kamarku dan ku
genggam tangannya yang kasar dan kuning langsat itu sembari berkata
“Ibu
Sulistya, ibuku yang paling cantik dan paling muda semudanya mpok Laila Sari,
aku ini hanya ingin menjadi mahasiswa dan sarjana bekas tiduran jurusan
geologi, dan itu aku akan dapatkan di Institut Teknologi Bandung. Aku tidak
ingin menjadi bekas persetubuhan ilmu perhotelan. Pokoknya aku ingin mengandung
ilmu geologi bu.” Dengan keseriusan aku meyakinkannya dan ku keluarkan satu
jurus andalan ku saat merayu ibuku yakni ciuman hangat dari bibir seksi ku dan
ku daratkan di keningnya.
Alhasil
ibu pun menyerah dan berkata sambil melepaskan genggaman ku dari tangannya,
“terserah
kamu lah Zumi, ibu tidak bisa berkata lagi. Pokoknya pesan ibu adalah pilih
jurusan yang nantinya ketika kamu keluar dari dunia perkuliahan kamu akan
mendapatkan pekerjaan.”
Senyum tipis pun aku goreskan di
bibir seksi ku. Ibu pun keluar dari kamar ku.
tunggu kisah berikutnya yaaa :)
#yeahmahasiswa
BalasHapusini karakternya atzumi, secara sekilas saya mendapatinya dengan karakter yang berprinsip, tapi agak narsis juga ya..
hhaha
hahahahah :D
BalasHapusberprinsip yang seperti apa ?
:D