Minggu, 23 Februari 2014

#Menemukan dan Menjual Indonesia


Menemukan dan Menjual Indonesia Di Blitar
 
Tantangan yang berat bagi kita masyarakat Indonesia pada era global adalah merawat kebudayaan Indonesia. Kita bisa belajar apapun dari bangsa luar, kita bisa belajar kebudayaan Korea atau kebudayaan barat dengan sangat mudah. Sampai-sampai kondisi yang seperti itu sesungguhnya bisa membahayakan bagi bangsa kita sendiri, bangsa yang sebenarnya sungguh menawan – Indonesia. 

Sebulan yang lalu saya bersama teman-teman jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga berkesempatan belajar sambil berwisata menikmati pesona kota patria alias Blitar dalam rangka kuliah lapangan foklor. Kami tidak menyangka potensi besar kebudayaan yang dimiliki Blitar sungguh menawan. Kearifan local yang ada menjadikan kami tersadar betapan indahnya bangsa ini, Bangsa Indonesia. Salah satu suguhan wisata sekaligus sebagai objek pembelajaran kami adalah “kearifan local dari Gong Mbah Kiai”. Gong tersebut dipercaya sebagai salah satu peninggalan bersejarah dari seorang Kiai yang bernama Kiai Bicak kemudian oleh masyarakat disebut sebagai Mbah Kiai Prada. Lokasi Gong Mbah Kiai Prada berada di kecamatan Sutojayan. Gong tersimpan di sebuah pendopo besar dan diselimuti oleh kain putih. 

Setiap 12 Rabiul Awal Gong tersebut dikeluarkan dari pendoponya untuk dicuci oleh pamong dari Gong tersebut. Pencucian ini merupakan satu tradisi masyarakat Blitar dalam bentuk penghormatan kepada Gong peninggalan Mbah Kiai Prada. Sisi yang menarik dari Gong Mbah Kiai Prada adalah deretan pencucian Gong, deretan acara pencucian Gong dimulai dengan tari Tayub, pagelaran pasar malam, langen beksan di Pendopo Pembantu Bupati dan ditutup dengan penampilan wayang kulit semalaman. Gong mbah Kiai Prada kalau kami lihat dengan seksama menjadi salah satu alat pemersatu masyarakat Blitar. Kalau di daerah Yogyakarta ada namanya tradisi surahan yang membuat masyarakat Yogyakarta berkumpul di pusat daerah kemudian tereuphoria berebut makanan. Berbeda dengan daerah Blitar, pada saat hari pencucian Gong beribu masyarakat Blitar bertumpah berkumpul satu titik di pusat Blitar berebut air bekas cucian gong yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit. Sebelum pencucian Gong Mbah Kiai Prada Kepala daerah Blitar menginformasikan kepada seluruh kepala lurah masing-masing desa untuk menghimbaukan kepada rakyatnya supaya ikut merayakan tradisi leluhur mereka – pencucian gong mbah Kiai Prada. 

            Sebenarnya kalau misal kita mau memandang dan merenung besarnya potensi Indonesia yang terpendam, Indonesia bak menjelma mutiara yang terpendam. Banyak cara untuk membaca potensi Indonesia, salah satunya mungkin dapat seperti yang kami lakukan, membaca potensi Indonesia melalui bentuk kebudayaan. Setelah membaca potensi sebagai bentuk menemukan Indonesia yang kita lakukan selanjutnya adalah ‘menjual’ Indonesia kepada mata dunia, menjual dalam arti positif. Kita tunjukkan betapa besar potensi Indonesia untuk menjadi bangsa yang bermatabat dan lebih baik. Indonesia punya beribu kebudayaan, Indonesia punya orang-orang cerdas, tapi sayangnya Indonesia tidak banyak memiliki orang-orang yang percaya diri untuk mengatakan “Ini lah Indonesia yang besar”. Jangan sampai kita seperti orang yang buta dalam terangnya cahaya. 

#NextPPSDMS7 :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar