Jogo Karyan Serambi Yogya
Walaupun
detangan jam dan batangan hari yang telah memukul untuk mengganti hari demi
hari, mata hati dan pikiran ini masih saja teringat dengan gagahnya masjid
namun nuansa dan aura kesederhanaan terpancar kuat darinya. 7 April 2013 lalu,
saya beserta rombongan PPSDMS (Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis)
scholarship tengah menjalani sebuah rangkaian acara dari owner scholarship yang
lokasinya di Yogyakarta. Kami menginap di wisma bangunan team ACT (Aksi Cepat
Tanggap) tepatnya di dekat kaki gunung Merapi.
Serangkaian
acara saya jalani bersama teman-teman, termasuk salah satu acara dari
serangkaian acara yang berhasil membuat hati saya berkesan yakni field trip.
Field trip merupakan rangkaian acara dari Latihan Gabungan (nama acara dari
scholarship kami, PPSDMS) yang diikuti oleh peserta scholarship asal UNAIR,
ITS, dan UGM. Saat itu saya dan teman-teman dibagi menjadi lima kelompok untuk
menuju ke masing-masing target lokasi. Kebetulan saat itu saya dan team
mendapat lokasi di sebuah masjid daerah Parangtritis, Yogyakarta.
Sesaat
mata ini terasa terbohongi dengan kemegahan yang dikemas dengan sederhana oleh
Masjid yang bernama Jogo Karyan itu. Bagaimana tidak? Akses untuk menuju masjid
terlihat sepi sesaat meninggalkan area jalan raya. Masjid yang terletak di
tengah-tengah perkampungan masyarakat itu menyimpan banyak cerita yang unik dan
asik untuk digali. Kalau dilihat dari luar – halaman masjid, nampak kecil dan
sangat sederhana. Berbeda lagi ketika kaki kita melangkah untuk menyusuri
masjid lebih detail kembali. Sekali lagi secara harfiah bangunannya dan
struktur masjidnya terlihat layaknya masjid pada umumnya, yang terlihat number
one dari masjid yang berada di jalan Jogokaryan 36 RT 040/11, Mantrijeron ini
adalah memiliki jamaah yang besar dan mampu membangkitkan massa untuk mencintai
shalat secara berjamaah.
Terlihat
pada jam-jam mendekati ibadah shalat terlihat satu per satu orang yang
berdatangan, mulai ada yang menggunakan alat transportasi mobil hingga sepeda
onthel. Hal itu menunjukkan bahwa orang yang berjamaah di masjid Jogo Karyan
tidak hanya warga sekitar masjid, akan tetapi diluar lingkungan masjid.
Mengumpulkan
jamaah dalam jumlah banyak yang seperti seakarang tidaklah semudah menumpahkan
air dari gelas ke bawah. Berusaha mendekati massa menjadi prinsip utama bagi
Masjid Jogo Karyan. Upaya pertama kali yang disuguhkan oleh team pengurus untuk
masyarakat adalah membuat undangan shalat berjamaah di waktu shubuh. Bayangan
ku pertama kali adalah undagan kertas biasa, ternyata spekulasi ku salah.
Undangan dengan desain ekslusif dan sangat menarik yang disuguhkan oleh team
pengurus masjid Jogo Karyan. Undangan itu satu dari beberapa upaya pengurus
Masjid Jogo Karyan untuk menarik simpati masyarakat tentunya supaya dapat
berjamaah di masjid tersebut.
Masjid
yang dibangun dengan prinsip “tanpa minta sumbangan warga” ini tetap terus
menggalakkan gerakan cinta berjamaah, dan ketika saya baru dating dikejutkan
dengan salah satu program inovasi yakni “Lomba shalat berjmaah hadiahnya
umrah”. Terlepas dari dialektis (baca : pertentangan) dari berbagai pihak,
inovasi tersebut patut kita acungi jempol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar