Jumat, 10 Januari 2014

Inspiratif Story :) #1


Jogo Karyan Serambi Yogya

Walaupun detangan jam dan batangan hari yang telah memukul untuk mengganti hari demi hari, mata hati dan pikiran ini masih saja teringat dengan gagahnya masjid namun nuansa dan aura kesederhanaan terpancar kuat darinya. 7 April 2013 lalu, saya beserta rombongan PPSDMS (Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis) scholarship tengah menjalani sebuah rangkaian acara dari owner scholarship yang lokasinya di Yogyakarta. Kami menginap di wisma bangunan team ACT (Aksi Cepat Tanggap) tepatnya di dekat kaki gunung Merapi. 
Serangkaian acara saya jalani bersama teman-teman, termasuk salah satu acara dari serangkaian acara yang berhasil membuat hati saya berkesan yakni field trip. Field trip merupakan rangkaian acara dari Latihan Gabungan (nama acara dari scholarship kami, PPSDMS) yang diikuti oleh peserta scholarship asal UNAIR, ITS, dan UGM. Saat itu saya dan teman-teman dibagi menjadi lima kelompok untuk menuju ke masing-masing target lokasi. Kebetulan saat itu saya dan team mendapat lokasi di sebuah masjid daerah Parangtritis, Yogyakarta.
Sesaat mata ini terasa terbohongi dengan kemegahan yang dikemas dengan sederhana oleh Masjid yang bernama Jogo Karyan itu. Bagaimana tidak? Akses untuk menuju masjid terlihat sepi sesaat meninggalkan area jalan raya. Masjid yang terletak di tengah-tengah perkampungan masyarakat itu menyimpan banyak cerita yang unik dan asik untuk digali. Kalau dilihat dari luar – halaman masjid, nampak kecil dan sangat sederhana. Berbeda lagi ketika kaki kita melangkah untuk menyusuri masjid lebih detail kembali. Sekali lagi secara harfiah bangunannya dan struktur masjidnya terlihat layaknya masjid pada umumnya, yang terlihat number one dari masjid yang berada di jalan Jogokaryan 36 RT 040/11, Mantrijeron ini adalah memiliki jamaah yang besar dan mampu membangkitkan massa untuk mencintai shalat secara berjamaah.
Terlihat pada jam-jam mendekati ibadah shalat terlihat satu per satu orang yang berdatangan, mulai ada yang menggunakan alat transportasi mobil hingga sepeda onthel. Hal itu menunjukkan bahwa orang yang berjamaah di masjid Jogo Karyan tidak hanya warga sekitar masjid, akan tetapi diluar lingkungan masjid.
Mengumpulkan jamaah dalam jumlah banyak yang seperti seakarang tidaklah semudah menumpahkan air dari gelas ke bawah. Berusaha mendekati massa menjadi prinsip utama bagi Masjid Jogo Karyan. Upaya pertama kali yang disuguhkan oleh team pengurus untuk masyarakat adalah membuat undangan shalat berjamaah di waktu shubuh. Bayangan ku pertama kali adalah undagan kertas biasa, ternyata spekulasi ku salah. Undangan dengan desain ekslusif dan sangat menarik yang disuguhkan oleh team pengurus masjid Jogo Karyan. Undangan itu satu dari beberapa upaya pengurus Masjid Jogo Karyan untuk menarik simpati masyarakat tentunya supaya dapat berjamaah di masjid tersebut.
Masjid yang dibangun dengan prinsip “tanpa minta sumbangan warga” ini tetap terus menggalakkan gerakan cinta berjamaah, dan ketika saya baru dating dikejutkan dengan salah satu program inovasi yakni “Lomba shalat berjmaah hadiahnya umrah”. Terlepas dari dialektis (baca : pertentangan) dari berbagai pihak, inovasi tersebut patut kita acungi jempol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar