Post-Kolonialis dalam Cerpen
“Paino” Karya Afifah Afra Amatullah
Dimas Nur - 121111009
Telah
diterangkan pada pertemuan sebelumnya bahwa postcolonial secera etimologis
berasal dari kata ‘post’ dan ‘kolonial’. ‘post’ memiliki arti sesudah, seusai
atau setelah. Sedangkan kata colonial berasal dari akar bahasa romawi yang
berarti tanah pertanian atau permukiman. Jadi, secara etimologis colonial tidak
mengandung arti penjajahan, penguasaan, pendudukan dan konotasi eksploitasi
lainnya.
Kemudian
dikaitkan dengan perkembangan keilmuan sastra, postcolonial menjadi salah satu
metode dalam menganalisis sebuah karya sastra. Karya sastra terlahirkan sebelum
masa postcolonial, karya sastra merupakan bagian dari terkecil postcolonial.
Untuk memahami karya sastra yang bersegment postcolonial, salah satu dari salah
sepuluh kata kunci yang paling mudah dipahami adalah karya sastra yang
berpostkolonial adalah dia yang memuat “Lyan and The Others”, seperti pada
cerita pendek karya Afifah Afra yang berjudul “Paino”.
Di
dalam cerita pendek tersebut aura “Lyan and the Others” sangatlah kuat. Ada dua
tokoh utama dalam cerpen tersebut, yaitu “Paino” sendiri dan “Om Gendut”. Karakter
penjajah yang ditunjukkan oleh om gendut melalui materi yang dia punya. Dia
melakukan penjajahan yang mengakibatkan psikis tokoh lain terangkat. Paino yang
diceritakan sebagai lelaki pengangguran (korban PHK dari perusahaannya) dan dia
memilih menjadi preman, tanpa disadari dirinya telah terjajah oleh Om gendut.
Paino bersedia melakukan apa pun yang diminta oleh Om gendut. Because I think it's all due to a material, Paino yang merasa
butuh pekerjaan yang dapat membantu financialnya, maka dia bersedia melakukan
apa pun yang diminta oleh Om gendut.
Selain itu dalam cerpen ini juga terdapat satu nilai
lainnya lagi, yakni ada relasi kuat. Relasi saling berkuasa antara satu dengan
yang lainnya. Merasa memiliki harta yang berlimpah maka Om Gendut pun melakukan
tindakan yang semaunya, dia merasa layak untuk melakukan penindasan terhdap
orang lain (termasuk Paino). Kemudian Paino yang merasa memiliki kuasa untuk
mengumpulkan massa, maka Paino pun melakukan tindakan yang sama seperti Om
Gnedut melakukan tindakan penindasan menyuruh terhadapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar