Minggu, 12 Mei 2013


Post-Kolonialis dalam Cerpen “Paino” Karya Afifah Afra Amatullah
Dimas Nur - 121111009
Telah diterangkan pada pertemuan sebelumnya bahwa postcolonial secera etimologis berasal dari kata ‘post’ dan ‘kolonial’. ‘post’ memiliki arti sesudah, seusai atau setelah. Sedangkan kata colonial berasal dari akar bahasa romawi yang berarti tanah pertanian atau permukiman. Jadi, secara etimologis colonial tidak mengandung arti penjajahan, penguasaan, pendudukan dan konotasi eksploitasi lainnya.
Kemudian dikaitkan dengan perkembangan keilmuan sastra, postcolonial menjadi salah satu metode dalam menganalisis sebuah karya sastra. Karya sastra terlahirkan sebelum masa postcolonial, karya sastra merupakan bagian dari terkecil postcolonial. Untuk memahami karya sastra yang bersegment postcolonial, salah satu dari salah sepuluh kata kunci yang paling mudah dipahami adalah karya sastra yang berpostkolonial adalah dia yang memuat “Lyan and The Others”, seperti pada cerita pendek karya Afifah Afra yang berjudul “Paino”.
Di dalam cerita pendek tersebut aura “Lyan and the Others” sangatlah kuat. Ada dua tokoh utama dalam cerpen tersebut, yaitu “Paino” sendiri dan “Om Gendut”. Karakter penjajah yang ditunjukkan oleh om gendut melalui materi yang dia punya. Dia melakukan penjajahan yang mengakibatkan psikis tokoh lain terangkat. Paino yang diceritakan sebagai lelaki pengangguran (korban PHK dari perusahaannya) dan dia memilih menjadi preman, tanpa disadari dirinya telah terjajah oleh Om gendut. Paino bersedia melakukan apa pun yang diminta oleh Om gendut. Because I think it's all due to a material, Paino yang merasa butuh pekerjaan yang dapat membantu financialnya, maka dia bersedia melakukan apa pun yang diminta oleh Om gendut.
Selain itu dalam cerpen ini juga terdapat satu nilai lainnya lagi, yakni ada relasi kuat. Relasi saling berkuasa antara satu dengan yang lainnya. Merasa memiliki harta yang berlimpah maka Om Gendut pun melakukan tindakan yang semaunya, dia merasa layak untuk melakukan penindasan terhdap orang lain (termasuk Paino). Kemudian Paino yang merasa memiliki kuasa untuk mengumpulkan massa, maka Paino pun melakukan tindakan yang sama seperti Om Gnedut melakukan tindakan penindasan menyuruh terhadapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar