INOVASI APA YANG HARUS KITA LAKUKAN ???
Pesona 1001
keindahan pariwisata di Indonesia memang tak patut lagi untuk kita ragukan
bersama, memiliki sebuah aura positif dan progress
dalam dunia pariwisata. Bila dibandingkan dengan negara lainnya, Indonesia
tidak seburuk yang dibayangkan dalam dunia kepariwsataannya serta tidak kalah
dengan lokasi wisata di Negara maju sekalipun. Amerika boleh tersenyum bangga
dengan kehadiran panorama pantai Hawaii di AS (Amerika Serikat) akan tetapi
jangan lupa Indonesia juga tak kalah dengan Negara Paman Sam tersebut, Bali
dengan pantai Kuta nya, sedangkan di Jawa Timur terdapat pantai juga yaitu
pantai Plengkung di Banyuwangi serta di kota kami terdapat satu pantai yang cukup diminati oleh
kalangan masyarakat Surabaya yaitu pantai ria kenjeran. Begitu banyak obyek
wisata yang tersebar di seluruh Indonesia, tak pelak dan tak dapat di pungkiri
ini semua akan berakibat positif bagi seluruh kehidupan. Salah satu dampak
perkembangan obyek wisata dapat diklasifikasikan sesuai aspek kehidupan, satu
contoh dari segi social ekonomi yaitu “Masyarakat dapat dibantu dengan adanya
lapangan kerja baru serta pendapatan daerah yang dapat meningkat.”
Mungkin kita
dapat bercermin sedikit dari Negara luar. Pada tahun 2007, Amerika menjadi
negara dengan penerimaan devisa terbesar dari sektor pariwisata, yaitu sebesar
US$ 96,7 miliar atau meningkat 12,8 persen dari tahun 2006. Disusul kemudian
Spanyol, Perancis dan Itali masing-masing 57,8 persen, 54,2 persen, dan 42,7
persen (Sumber: Nesparnas, Depbudpar 2008).
Sayangnya sector
pariwisata di Indonesia masih baru memulai untuk membangun kepedulian terhadap
sector pariwsata. Hal ini dibuktikan dengan adanya usaha Kemenparekraf menyiapkan dua Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) pariwisata yaitu Tanjung Lesung, Banten dan Mandalika di Nusa
Tenggara Barat. Dengan rasa optimis Indonesia dapat meraih keuntungan sebesar 9
miliar US$. Awal yang begitu indah dan
mungkin saja lima hingga sepuluh tahun kedepan dapat terealisasikan. Dilain
sisi Indonesia mengalami suatu kemunduran dalam dunia pariwisata, bersama China
dan Singapura Sumber: The
Travel and Tourism Competitiveness Report 2011 (World Economic Forum).
Berikut data
jumlah wisatawan Malaysia ke Indonesia tahun 2006 berjumlah 769.988
orang, dan meningkat menjadi 1.179.366 orang pada tahun 2009 , dari total
6.323.730 orang yang berkunjung di tahun itu. Untuk Singapura, wisatawannya
yang datang ke Indonesia tahun 2006 sebanyak 1.401.804 orang, namun tahun 2009
menurun menjadi 1.272.862 orang. Tren menurunnya wisatawan Singapura ke
Indonesia ini sudah terjadi sejak 2005 setelah pada 2004 pernah mencatat angka
tertinggi 1.644.717 orang. Sementara untuk Thailand, sejak 2006 terjadi trend
kenaikan dari 42,155 orang tahun itu, menjadi 68.050 (2007), kemudian
76.842 (2008), dan naik lagi menjadi 109.547 (2009) atau sekitar 10.000 orang
wisatawan Indonesia per bulannya berkunjung ke negeri Gajah Putih itu. Meski
naik, kita menghadapi kenyataan pahit jumlah itu sangat kecil dibandingkan
dengan jumlah wisatawan Indonesia yang ke sana.
Kedudukan minat
dari pengunjung benar-benar menurun, disaat tahun 2010 pengunjung yang
berdatangan hingga 84 persen namun pada tahun 2011 rate tersebut menurun menjadi 71 persen. Lokasi wisata yang tak menarik memang merupakan satu faktor tersendiri
untuk tak dikunjungi, mungkin inilah salah satu factor yang membuat Indonesia
menjadi down rate. Berbicara tentang lokasi sebenarnya Indonesia
juga tak terlalu buruk dalam kepedulian merawat lokasi, itu semua terlihat
dalam upaya pemerintah untuk tetap menjaga lokasi wisata yang ada. Berbagai
aturan dari pemerintah yang mengenai keperawatan wisata itu semua benar-benar
tercanang. Menurut pengamatan di lokasi wisata Surabaya, penulis menemukan satu
faktor keganjalan mengapa lokasi wisata di Indonesia mulai mongering dan tak
banyak dikunjungi oleh wisatawan termasuk di Surabaya. Secara umum faktor ini
mungkin sudah diketahui oleh khalayak, dan factor itu adalah “ tempat wisata yang buruk akibat tak
terjaganya lingkungan dari sampah”. Satu contoh yang baru-baru ini menjadi
polemic, yaitu kasus kematian dari fauna kebun binatang Surabaya dan lautan
sampah di pantai ria kenjeran Surabaya pada awal tahun 2012.
Dewasa ini
sampah memang menjadi momok sendiri dalam kehidupan manusia. Usaha pemerintah
yang dapat kita lihat saat ini, Seperti penambahan tempat sampah, hingga denda bagi
seseorang yang membuang sampah sembarangan di lokasi wisata atau dimana pun.
Sayangnya itu semua tak membuahkan hasil dan tak memberikan dampak yang
signifikan mengenai kejagaan lingkungan dari sampah termasuk lingkungan wisata.
Semua itu malah menjadi beban dalam pengeluaran dana untuk tempat pembuangan
sampah, sehingga terlihat percuma didepan public. Menurut survey di media
internet “masyarakat Indonesia suka sekali membuang sampah sembarangan dengan dalih
mereka tidak mau susah-susah berjalan hanya untuk membuang sampah, notabenenya
paradigm mereka mengenai sampah adalah benda yang tak berguna”.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar