Abdikasi
Mahasiswa Indonesia Konteks Keilmuan Kontemporer
Oleh
“Dimas Nur Apri Yanto”
Spanduk job fair terpasang diberbagai sudut universitas ternama. Tak
sedikit company ternama pula terpampang di spanduk dengan tulisan “sponsored
by”. Begitulah gambaran kondisi jalanan
saat saya meluncur kearah salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) ternama di
Surabaya tempat saya belajar. Miris rasanya saat melihat kakak angkatan atas
saya berlomba-lomba dalam mencari galian kesempatan untuk bekerja. Dengan
bermodalkan ijasah dan beberapa sertifikat serta tampilan face yang
bercasingkan oke. Agenda job fair seolah-olah kini menjadi agenda tahunan yang
bersifat fardhu ain oleh PT, baik PTS maupun PTN. Sesungguhnya agenda tersebut dapat
menjadi boomerang tersendiri dalam peranan keilmuan yang sebelumnya teman-teman
mahasiswa dapatkan saat dibangku kuliah. Padahal saya ingat sekali saat moment
OSPEK (orientasi pengenalan kampus) dimana saat itu digembar-gemborkan bahwa
mahasiswa di zaman kontemporer sudah bukan saatnya menjadi pekerja, harus
menjadi owner, entah owner apa yang harus kami miliki nantinya. Kelihatannya
perkataan tersebut sudah tak ada esensinya. Bagaimana tidak? Pihak PT dosen
sendiri yang mengatakan sudah tak zamannya menjadi pekerja, harus menjadi
owner, akan tetapi PT sendiri pula yang secara tidak langsung mencetak
mahasiswanya menjadi pekerja dengan menyelenggarakan agenda job fair. Alih-alih
asumsi dasar dari penyelenggaran kegiatan tersebut ialah untuk pendampingan
mahasiswa dalam dunia kerja. Benar-benar asumsi dasar yang bersenjata makan
tuan.
Spekulasi mendasar mencuat bahwa adanya abdikasi (penurunan jabatan
mahasiswa konteks kelimuan dan pemikiran yang kritis) mahasiswa dalam
kompetensi keilmuan, sesungguhnya hakikat dari sebuah ilmu adalah suatu
pemikiran bagian dari pengetahuan yang
nantinya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan diluar. Bagaimana caranya
mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan diluar konteks masyarakat dengan
teori keilmuan yang mahasiswa didapat selama proses belajar, bilamana
kompetensi keilmuan mereka dimatikan begitu saja oleh pihak PT dengan
penyelenggaran job fair. Selain itu adanya penyelenggaraan job fair juga dapat
mencetak kepribadian mahasiswa yang hanya berorientasikan pada system kerja
bukan pada system keilmuan. Dan yang terakhir penyelenggaran job fair dapat
menciptakan pemikiran mahasiswa yang pragmatis. Kalau sejenak kita keluar untuk
menengok realitas PT dalam penyediaan pekerjaan yang dapat menunjang kompetensi
keilmuan, tak sedikit PT mampu menyediakan hal itu. mereka berpikir dengan
penyelenggaraan job fair dapat dtuntaskan, padahal itu semua salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar