Kamis, 02 Agustus 2012


Abdikasi Mahasiswa Indonesia Konteks Keilmuan Kontemporer
Oleh “Dimas Nur Apri Yanto”

Spanduk job fair terpasang diberbagai sudut universitas ternama. Tak sedikit company ternama pula terpampang di spanduk dengan tulisan “sponsored by”.  Begitulah gambaran kondisi jalanan saat saya meluncur kearah salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) ternama di Surabaya tempat saya belajar. Miris rasanya saat melihat kakak angkatan atas saya berlomba-lomba dalam mencari galian kesempatan untuk bekerja. Dengan bermodalkan ijasah dan beberapa sertifikat serta tampilan face yang bercasingkan oke. Agenda job fair seolah-olah kini menjadi agenda tahunan yang bersifat fardhu ain oleh PT, baik PTS maupun PTN. Sesungguhnya agenda tersebut dapat menjadi boomerang tersendiri dalam peranan keilmuan yang sebelumnya teman-teman mahasiswa dapatkan saat dibangku kuliah. Padahal saya ingat sekali saat moment OSPEK (orientasi pengenalan kampus) dimana saat itu digembar-gemborkan bahwa mahasiswa di zaman kontemporer sudah bukan saatnya menjadi pekerja, harus menjadi owner, entah owner apa yang harus kami miliki nantinya. Kelihatannya perkataan tersebut sudah tak ada esensinya. Bagaimana tidak? Pihak PT dosen sendiri yang mengatakan sudah tak zamannya menjadi pekerja, harus menjadi owner, akan tetapi PT sendiri pula yang secara tidak langsung mencetak mahasiswanya menjadi pekerja dengan menyelenggarakan agenda job fair. Alih-alih asumsi dasar dari penyelenggaran kegiatan tersebut ialah untuk pendampingan mahasiswa dalam dunia kerja. Benar-benar asumsi dasar yang bersenjata makan tuan.
Spekulasi mendasar mencuat bahwa adanya abdikasi (penurunan jabatan mahasiswa konteks kelimuan dan pemikiran yang kritis) mahasiswa dalam kompetensi keilmuan, sesungguhnya hakikat dari sebuah ilmu adalah suatu pemikiran bagian dari pengetahuan  yang nantinya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan diluar. Bagaimana caranya mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan diluar konteks masyarakat dengan teori keilmuan yang mahasiswa didapat selama proses belajar, bilamana kompetensi keilmuan mereka dimatikan begitu saja oleh pihak PT dengan penyelenggaran job fair. Selain itu adanya penyelenggaraan job fair juga dapat mencetak kepribadian mahasiswa yang hanya berorientasikan pada system kerja bukan pada system keilmuan. Dan yang terakhir penyelenggaran job fair dapat menciptakan pemikiran mahasiswa yang pragmatis. Kalau sejenak kita keluar untuk menengok realitas PT dalam penyediaan pekerjaan yang dapat menunjang kompetensi keilmuan, tak sedikit PT mampu menyediakan hal itu. mereka berpikir dengan penyelenggaraan job fair dapat dtuntaskan, padahal itu semua salah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar