Kearifan Lokal Menjadi Cerminan Masyarakat
lain
“Suku Anti Kapitalisme dan Jawa Ngoko”
Pergerakan Samin berawal ketika seorang tokoh masyarakat bernama Samin Surosentiko. Seperti yang telah
disinggung diatas, bahwa suku Samin memiliki sebuah ideologi atau pandangan
hidup yang mulia. Mungkin hal ini dilandasi oleh pemikiran jawa yang sangat
kental, pemikiran itu terdapat lima
macam, seperti ;
1. Tidak mengenyam pendidikan sekolah, hal
ini disebabkan oleh karena mereka
berfikir bila mereka mengenyam bangku sekolah akan secara tidak langsung
terkontaminasi oleh ajaran kapitalis.
2. tidak memakai peci, sebagai penggantinya
mereka mengikat kepala na dengan sebuah tali, layaknya orang jawa dulu.
5.
tidak berdagang. Mereka masih mengandalkan kekuatan
alam. Namun hal itu bukan berarti mereka lebih suka mengexploitasi alam, mereka
menjaga seklai keseimbangan ala mini, hal ini terbukti dengan adanya tradisi nyadran,
sebuah tradisi yang dilakukan dengan cara membersihkan sumber mata air tua di
daerah lingkungan mereka, karena mereka berfikir bahwa sumber air tersbut telah
dengan ikhlas memberikan air untuk kehidupan mereka.
Dapat kita lihat bahwa sebenarnya falsafah
hidup atau ideology yang dipegang oleh masyarakat Samin ini mencakup tiga
aspek, yaitu : Keseimbangan , Harmonisi , Kesetaraan Keadilan. Dengan kepolosan
suku ini, ternyata suku ini juga memiliki sebuah kitab suci untuk agama mereka,
kitab itu Serat Jamus
Kalimasada yang
terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer
Kawitan, Serat Pikukuh
Kasajaten, Serat Uri-uri
Pambudi, Serat Jati
Sawit, Serat
Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan
dimuliakan oleh orang Samin. Dengan mempedomani kitab itulah, suku yang satu
ini memiliki sebuah cita-cita untuk membangun sebuah Negara yang kebatinan. Suku
Samin menggunakan bahasa komunikasi sehari-hari dengan bahasa jawa ngoko,
mereka beranggapan juga bahwa bahasa bukan sebagai tolak ukur untuk dijadikan
sebuah penilaian seseorang sopan dan menghargai orang lain, namun seseorang
akan terlihat menghargai seseorang hanya dengan perilaku mereka dan pola kebiasaan
terhadap orang lain ketika saling berinteraksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar